K.H Ahmad Dahlan adalah tokoh muslim di tanah air yang mewariskan tajdidiyah dengan tetap berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Model dakwah yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan adalah model dakwah Salafiyah dan Tajdidiyah dengan mengacu pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak terikat dengan aliran teologis, madzhab fikih dan tariqah shufiyah mana pun. Namun dalam kerja-kerja pembaharuan Islam tersebut, sulit menampik K.H Ahmad Dahlan banyak mengambil inspirasi dari pemikiran Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh Rasyid Ridha saat berada di Arab Saudi.
Terutama Syaikh Muhammad Abduh, gagasan pembaharuannya banyak mengispirasi KH. Ahmad Dahlan dalam upayanya melakukan gerakan untuk memgembalikan kepada ajaran Islam yang murni, yang disebut sebagai gerakan purifikasi. Gerakan purifikasi yang dimaksud di sini bukanlah puritanisme yang serampangan seperti yang dicitrakan oleh kelompok Wahabi. KH. Ahmad Dahlan juga tidak pernah anti dengan kearifan lokal sejauh kearifan lokal tersebut tidak keluar dari prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
Gerakan purifikasi yang dicitrakan oleh KH. Ahmad Dahlan justru boleh dibilang, sebagaimana telah dikatakan, lebih dekat atau banyak terinspirasi oleh gagasan Syaikh Muhammad Abduh dan bukannya Abdullah bin Abdil Wahab. Pendapat ini perlu penulis cetak tebal, agar tidak terjadi simpang siur yang mengaitkan model pembaharuan Islam yang diusulkan KH. Ahmad Dahlan dengan model gerakan wahabi yang dipelopori oleh Abdullah bin Abdil Wahab.
Sebagaimana kesuksesan yang diraih Syaikh Muhammad Abduh dan Syaikh Rasyid Ridha dalam mengusahakan pembaharuan Islam dan pendidikan, begitupula yang ingin dikerjakan oleh KH. Ahmad Dahlan, yang pada gilirannya terbukti banyak berkontribusi bagi kebangkitan Islam di Indonesia. Niat KH. Ahmad Dahlan jelas adalah untuk memperbaharui cara berfikir dan cara hidup umat Islam Indonesia. Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia yang kita cicip pada hari ini, jelas sulit memungkiri adanya kontribusi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan organisasi Muhammadiyah yang dirintisnya. Sukarno, Presiden Republik Indonesia, bahkan pernah mengatakan alasannya menggabungkan dirinya ke Muhammadiyah juga karena alasan betapa Muhammadiyah sangat rasional dan berpihak pada pembaharuan.